Jika berbicara secara awam, bolehlah rasanya meninjau istilah 'arsitektur' dari berbagai sumber, salah satunya wikipedia yaitu sumber yang sangat dekat dengan dunia maya untuk memahami istilah apa itu 'arsitektur'. Menurut wikipedia, arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan.
Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang dan
membangun keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan, arsitektur lansekap, hingga ke level mikro yaitu desain bangunan, desain perabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk kepada hasil-hasil proses perancangan tersebut. Pada sumber yang sama terhadap substansi istilah arsitektur agar dapat dinikmati, menurut Vitruvius di dalam bukunya De Architectura (yang merupakan sumber tertulis paling tua yang masih ada hingga sekarang), bangunan
yang baik haruslah memilik Keindahan / Estetika (Venustas), Kekuatan
(Firmitas), dan Kegunaan / Fungsi (Utilitas); arsitektur dapat dikatakan
sebagai keseimbangan dan koordinasi antara ketiga unsur tersebut, dan
tidak ada satu unsur yang melebihi unsur lainnya. Dalam definisi modern,
arsitektur harus mencakup pertimbangan fungsi, estetika, dan
psikologis. Namun, dapat dikatakan pula bahwa unsur fungsi itu sendiri
di dalamnya sudah mencakup baik unsur estetika maupun psikologis.
Jadi dari sumber praktis di atas dapat diambil kesimpulan bahwa 'arsitektur' itu adalah suatu ilmu pengetahuan yang dapat menciptakan bentuk bangunan berasal dari bentuk yang sudah ada berdasarkan kebutuhan antar-tindak ataupun kepentingan atas segala sesuatu yang melatarbelakangi bangunan tersebut diciptakan agar terjadi suatu komunikasi yang erat antara bangunan dan pemakai, dan antara bangunan dengan indera manusia. Ukurannya, bangunan yang tercipta melalui keilmuan arsitektur akan mendekati nilai ke-ideal-an pengguna pada sisi tertentu.
Arsitektur dapat dipahami melalui bentuk, karena dari bentuk tersebut akan memancarkan bahasa tentang keberadaanya untuk dapat dipahami bagi yang melihat bentuk tersebut. Secara 'awam', bentuk yang tangible dapat berupa bulat atau lingkaran, kotak atau segi empat, piramid atau segitiga, maupun bentuk-bentuk campuran dari ketiga bentuk murni tersebut. Namun secara in-tangible, bentuk juga dapat dirasakan melalui kualitasnya. Misalnya, terdapat ruang hampa (kosong) yang memiliki plafond yang tingginya 30 meter dari lantai, tentu akan menimbulkan kekhawatiran pada mental kita bila berada sendiri di ruang tersebut. Contoh lain yaitu bila kita berjalan di bawah kanopi beton yang panjangnya 50 meter tanpa disanggah kolom se-biji-pun di bawahnya, tentu kita bisa merasakan tingkat kekhawatiran yang luar biasa karena kanopi itu seakan-akan menyampaikan kepada kita bahwa dia bisa saja runtuh setiap saat tanpa menyampaikannya kepada kita terlebih dahulu. Bentuk yang hanya bisa diraskan. Sehingga 'bentuk' dapat dikatakan sebagai manifestasi dari ke-ilmu-an arsitektur baik yang tersurat, maupun yang tersirat. Tanpa bentuk, maka arsitektur besar kemungkinan tidak ada perannya.
Pada zaman kapitalistic saat ini, arsitektur masih dikenal sebagai hasil karya monumental, spektakular dan metaphor atas keberadaan identitas suatu kepentingan tertentu di daerah tertentu. Indah, fenomenal, cantik, tegas, wibawa dan penilaian awam lainnya dapat terpancar dengan mudah bagi mata penikmat bangunan tersebut, jadi penilaian tersebut tidak hanya melekat pada fisik manusia saja seperti mata bulat, alis seperti semut beriring, tinggi semampai, bahenol yang kesemuanya itu menunjukkan keindahan; ternyata bangunan juga punya penilaian itu. Apa yang ada di pikiran arsitek tentang arsitektur akan menentukan kesuksesan keberadaan suatu bentuk bangunan yang akan diciptakan nantinya. Semakin tinggi jam desain seorang arsitek, maka akan semakin piawai dia untuk menyuguhkan bentuk yang ideal. Bisa dikatakan juga bahwa arsitek tersebut memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi karena naluri desain yang terus terasah dengan baik dapat mengikuti maksud keinginan bentuk bangunan yang ditentukan. Antar tindak ini sudah berjalan dengan baik di negara yang kita cintai ini khususnya di kota-kota besar. Buktinya adalah dengan tumbuh suburnya dunia properti nasional. Para pengembang memakai jasa arsitek untuk mempola ruang lingkungan komplek perumahan dan ruang-ruang rumah melalui tema tertentu yang menjadi salah satu faktor kesuksesan dalam menjual unit-unit rumah yang dibangun. Hasilnya, sukses...! Kota-kota Besar di Indonesia sudah mulai berbenah dari sektor perumahan untuk berinvestasi dan tinggal. Mungkin suatu saat pembangunan perumahan tersebut tidak terpraktik secara melebar (sprawl), tetapi secara vertikal karena minimnya lahan kosong yang ada di kota sebagai wujud dunia properti mulai menjajah lahan-lahan di tengah kota sebagai hasil campur tangan sang arsitek.
Efek tanjakan zaman kapitalistic di negara berkembang ini juga menyampaikan pada kita bahwa golongan masyarakat popular mulai dan mungkin sedang tertekan. Rumah-rumah kumuh berstatus slum, squatter dan shelter yang berbau settelement mulai terancam untuk disingkirkan. Tempat tinggal untuk istirahat sejenak agar dapat mengais pendapatan di kota tidak lagi aman dan nyaman. Sementara tempat tinggal sewa/milik yang disediakan perorangan tidak mampu untuk ditinggali karena terbentur biaya pakai rumah yang sangat tinggi bagi mereka. Penyediaan perumahan oleh pemerintah juga dirasakan yang sama oleh mereka, dan bukan tidak mungkin unit-unit rumah sewa tersebut mengalami pergeserasn pemilik dari masyarakat popular ke masyarakat ekonomi menengah (bukan orang miskin). Faktual ini juga tidak lepas dari ranah ke-ilmu-an arsitektur, karena bentuk ruang yang tercipta di masyarakat pupolar memiliki nilai tertentu. Hubungan tersebut dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan Ruang Tempat Tinggal Yang Bagaimana Sesuai Bagi Masyarakat Popular Tersebut...? Lagi-lagi merunut pada ke-ideal-an masyarakat popular untuk dapat tempat tinggal yang sesuai dengan kondisinya namun dapat meningkatkan kualitas hidupnya. Ranahnya: arsitek---> ruang. Ruang yang bagaimana adalah bentuk sebagai manifestasi dari pikiran seorang arsitek. Permasalahan ini jelaslah juga membutuhkan arsitek, bukan yang indah-indah saja...
Setelah melakukan analisis praktis untuk menyelami tingkat pemahaman arsitektur di mata awam, dapatlah kita ambil kesimpulan bahwa arsitek tidak terlepas dari ruang untuk menciptakan bentuk. Dan Arsitektur juga bukan hanya bentuk murni, tetapi juga dapat menjamah bentuk-bentuk lainnya seperti ruang sosial, budaya dan politik. Sehingga dengan luasnya cakupan ke-ilmu-an arsitektur, maka cara memahami arsitektur itu tidak hanya terpaku pada bentuk (karena dunia ini tidak terlepas dari bentuk), namun segera mencari tahu apa yang melatar-belakangi bentuk? Dengan selalu tidak percaya dengan sikap mempertanyakan sesuatu di balik objek tersebut mudah-mudahan akan memberikan pencerahan tentang keberadaan arsitektur itu sebenarnya...
Hasil tulisan ini adalah sebagai pembuka yang memang sengaja diciptakan untuk media batuloncatan menuju diskusi-diskusi arsitektur yang lebih beragam dan mendalam. Sebelumnya saya ucapkan terimakasih kepada Ramadhani Sarhan Alumni Mahasiswa Arsitektur Unimal angkatan 2008 yang telah membantu atas lahirnya blog ini sebagai ajang diskusi antar civitas Jurusan Arsitektur Unimal.
Kata Kunci: arsitektur, arsitek, bentuk, ruang
menangislah sekencang-kencangnya kalau itu membuat mu tenang...
blackaruni, sabtu dua puluh lima mei dua ribu tiga belas - 13:41
medan
BalasHapusEVALUASI KEGIATAN KAMPUS DALAM MENAUNGI BELAJAR MENGAJAR
Oleh :
NIDAUL KHAIRA
100160035
PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
FAKULTAS TEKNIK
ACEH UTARA
2013
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kampus merupakan tempat berlangsungnya pendidikan. Tak salah, jika kampus di anggap sebagai tempat belajar karena mahasiswa dapat menggantungkan impian, cita- cita dan masa depan. Di kampus mahasiswa tidak sekedar datang untuk kuliah, ujian, dan kumpul. Tetapi kampus menjadi sarana pengembangan bakat dan penanaman nilai-nilai, sehingga dari ruang kuliah dan berbagai kagiatan kampus itu diharapkan akan lahir mahasiswa yang kreatif, kritis, bertanggung jawab dan bermoral.
Kampus sebagai lingkungan pembelajaran yang terpadu tidak hanya menyediakan fasilitas utama akademik, tetapi juga perlu ditunjang dengan sarana kegiatan mahasiswa.
Oleh karena itu perlu adanya sarana prasarana memadai untuk mendukung keberlangsungan kegiatan tersebut demi kenyamanan bersama.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dalam menaungi kegiatan belajar mengajar kampus teknik arsitektur unimal memiliki banyak kekurangan.
Seberapa lengkapkah fasilitas/ sarana yang ada di kampus?
Bagaimana pemanfaatan setiap ruang yang ada di kampus?
Seberapakah Tingkat kenyamanan penghuni Kampus?
1.3 Tujuan dan Pemanfaatan
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai pembelajaran untuk mengetahui fasilitas, kegiatan dan tingkat kenyamanan dalam menghuni kampus dan juga merencanakan alternative rancangan yang lebih baik.
Manfaat dari penelitian ini diantaranya adalah:
1. Manfaat bagi peneliti: untuk menampung pendapat yang membangun dari mahasiswa dan dapat menyampaikan kepada pihak universitas untuk meningkatkan kenyamanan di kantin kampus jadi lebih baik.
2. Manfaat bagi universitas: diharapkan mampu memberikan sumbangan pikiran khususnya untuk meningkatkan kenyamanan di kantin kampus unimal
1.4 Batasan dan lingkup penelitian.
1.4.1 Batasan penelitian
Penelitian hanya sebatas lingkungan Kampus Arsitektur UNIMAL, tanpa meneliti lingkungan dan bangunan sekitarnya.
1.4.2 Lingkup penelitian.
Penelitian Tentang sarana prasarana Kampus dengan meneliti Tentang fasilitas, kegiatan dan pemanfaatan Ruang Kampus Teknik Arsitektur UNIMAL.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus